Diana Sherly's Journey

11/9/14 Sudah hampir seminggu aku berada di kota ini, berkumpul dengan keluarga yang sejak dulu aku selalu menghabiskan waktu liburanku di sini. Iya, di Madiun dirumah paman dan bibi ku. mereka salah satu orang yang menyayangiku dan sangat peduli saat aku terpuruk dengan keadaan pendidikanku yang harus aku tinggalkan. Di rumah ini aku menghabiskan waktuku dengan mereka dan ke tiga anaknya. berasa ada hiburan disini, sambil bantu-bantu jadi kasir di supermarket mereka. Ya gini, aku jadi ada kesibukan untuk lebih bisa mengikhlaskan diri dengan semua yang terjadi. Dirumah ini aku menjadi tambah pengalaman mengelola sebuah usaha, mulai dari mengorder barang hingga melayani pembeli. sikap ramah yang senantiasa ditunjukan, penataan barang yang harus disesuakan, menjaga kebersihan produk dan tempatnya. semuanya terasa beru untuk ku pelajari. Mungkin ini sebuah jalan Allah yan inginkan aku senantiasa belajar dari nol. aku tak mengeluhkan semua ini. Insyaallah saat ini aku ikhlas dan bi...

3/9/14 seperti halnya anak yang belum bisa membaca, dia harus memulai dari nol. iya, dari proses belajar mengenal huruf hingga dia bisa mengeja dan membaca secara lancar. Bukan tiba-tiba seseorang bisa membaca tanpa proses kan ? Begitu halnya dengan gue. gue akuin, gue gak punya bakat dan gak hobi dalam hal tata rias, tapi seenggaknya saya punya semangat untuk belajar. karena gue yakin bahwa, semua hal bisa kita lakukan dengan proses belajar dengan sungguh". Saat tadi gue denger nyokap bilang "mbak lely lo ndok tak bilangin kalo kamu mau sekolah rias katanya gini :: Lha wong diana gak nduwe bakat macak nu kok. jangankan bakat, setiap hari aja dia gak pernah yang namannya macak dan memoles dirinya sendiri. Mana bisa ?" Seketika denger itu gue ya sedih, marah, dan kecewa. itu orang kok gitu banget ya.... gue kira baik kok ternyata suka mandang orang dari statementnya yang pedes. komentar sih boleh tapi kok dianya gitu. tau nggak, sakitnya itu disini !!!! *nunjuk hat...