The Story Of My Life

Part 1

"Nikmati Masa Muda Selagi Bisa dan Ada Kawannya, Karena Umur Hanya Sekali dan Waktu Tidak Bisa Diputar Kembali". @dianasherly_

Salah satu penyesalan terbesar hidupku adalah tidak pernah menikmati masa muda di masa SMA ku sebebas mungkin. Aku mungkin bisa dikatakan sebagai orang yang gila akan belajar dan "Bimbel Addicted", aku manusia gila les dan mungkin kebiasaan itu sudah menjadi rutinitasku sejak duduk di Taman Kanak-Kanak hingga SMA. Tak seharipun pernah aku lewatkan tanpa les dan belajar. Ketika anak-anak seusiaku sedang menikmati masanya untuk keluyuran, ngepam, pergi pacaran, aku hanya menghabiskan waktu pergi ke tempat les private satu dan pindah ke tempat les private lainnya. Entahlah, dulu aku sudah merasa bahagia hanya dengan seharian menghabiskan waktuku untuk les meskipun itu hari libur yang seharusnya aku gunakan waktuku seperti anak-anak lainnya. 
Aku dulu selalu berfikir bahwa masa muda adalah masa dimana aku harus belajar dengan keras agar aku mendapatkan prestasi yang membanggakan disekolah dan aku mendapatkan hadiahku dari orang tua saat penerimaan raport dan nilai bagus adalah dewa yang aku puja selama ini. Tetapi, kenyataannya waktu yang kuhabiskan dengan hal positif (menurut banyak orang) tidak memberikan dampak mengesankan dan pembelajaran dalam kehidupanku. Aku berkutat pada lingkaran nyaman, yang aku sendiri sudah hafal seluk beluk kelemahannya.
Awalnya aku sangat percaya bahwa aku tidak akan menyesali masa mudaku yang kuhabiskan dengan les dan belajar tanpa waktu bermain dengan kawanku lainnya, tetapi semenjak aku mengijak bangku kuliah, baru aku menyadari bahwa menghabiskan masa muda dan waktu muda dengan les dan belajar tak selamanya benar. Terkadang kita harus mempunyai waktu dan kegiatan negatif (keluyuran,ngepam,dsb) untuk sedikit memberikan pengetahuan bahwa hidup tak selamanya tentang kegiatan positif (belajar, les,dsb), agar kita bisa mengerti bahwa kehidupan memerlukan keseimbangan antara kebaikan dan keburukan, antara positif dan negatif, antara yin dan yan, dsb.
Akibatnya, kekuperanku semasa SMA mengajarkan aku untuk sulit beradaptasi dengan orang-orang yang "nakal" dan takut terhadap mereka dan puncaknya ketika aku berada di Pare aku menyesal untuk semua hari dimasa mudaku (khususnya SMA).

Pare.
Kota kecil di kediri yang mengajarkanku akan semuanya dan tempat penemuan jati diri seorang Diana Sherly sesungguhnya. Banyak hal yang diajarkan pare untukku, dengan aku mulai mencoba beradaptasi dengan orang-orang yang mempunyai jiwa bebas, keluyuran, dsb. Mulai dengan aku tak membatasi pergaulanku dengan temen-temen cowok, dengan mencoba pulang malem (padahal semasa sekolah sama sekali nggak pernah aku lakukan), dengan tidak menyentuh sama sekali buku meskipun ada pertanggung jawaban nilai. Yeah! aku keluar dari zona nyamanku dan aku mencoba kegiatan-kegiatan yang aku anggap negatif pada waktu aku masih duduk dibangku sekolah. Sampai akhirnya aku menyadari bahwa, Ilmu yang hakiki adalah ilmu yang kita peroleh tanpa paksaan dan tekanan. Ilmu tidak selamnya kita peroleh dengan belajar, malah biasanya ilmu yang awet dalam otak kita adalah ilmu yang kita pelajari tanpa harus dipelajari ketika belajar. Well, aku membuktikan itu semua. Aku sama sekali tidak pernah menyentuh buku sama sekali selama berada di pare, karena aku berkaca pada pengalaman lalu yang aku habiskan dengan belajar dan les. Tetapi hasilnya pun tidak mengecewakan bahkan lebih baik dari pada aku harus belajar seharian dan les. 
Kalo kalian masih merasa berada di zona nyaman, cepat keluar dan jangan takut keluar dari zona nyaman yang telah kalian dewakan selama ini. Kunci nya hanya percaya diri sendiri dan memegang prinsip hidup yang kalian yakini.




Comments

  1. Menarik juga, semangat nakal. Tapi, jangan terlalu nakal ya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lebih Dekat Dari Saudara, Lebih Besar Dari Keluarga

Exam to Next Level

Kalut yang Melegakan